Pages

Saturday, December 7, 2019

IMPLIKASI BEHAVIORALISME TERHADAP PEMIKIRAN POLITIK INDONESIA



Teori Politik mempelajari tentang pemikiran-pemikiran politik secara umum dari masa klasik sampai pada masa sekarang ini. Para pemikir politik kuno memusatkan perhatiannya kepada masalah negara ideal, para pemikir politik abad pertengahan melibatkan diri mereka pada pengembangan suatu kerangka bagi adanya pendirian Kerajaan Allah di dunia, sedangkan para pemikir politik pada zaman sesudahnya telah melibatkan diri mereka pada masalah-masalah lainnya seperti kekuasaan, wewenang dan lain-lain. Tetapi pada masa selanjutnya, ilmu politik berfokus pada masalah kelembagaan dan pendekatannya yang digunakan juga semakin luas. Pendekatan yang digunakan sepanjang masa itu bersifat historis, dalam pengertian bahwa para pemikir politik lebih memusatkan perhatiannya pada upaya melacak serta menggambarkan berbagai fenomena politik yang ada, atau pada perkembangan lembaga politik yang bersifat khusus, daripada menganalisa fenomena serta lembaga-lembaga tersebut, serta melibatkan diri dengan elemen-elemen yang bersifat abstrak.
Behavioralisme, sebuah teori yang ilmuwan sosial-politik hendak melakukan penelitian dibidang sosial-politik. Awalnya, aliran behavioralisme dalam ilmu-ilmu sosial-politik ini berasal dari paham positivis yang sekaligus juga paham positivis ini menggunakan model pendekatan kuantitatif dalam melakukan analisa penelitian sosial-politik. Dijelaskan pula, bahwa analisis fenomena sosial-politik sebenarnya untuk mengungkapkan apakah ada timbul ide-ide baru ataupun pengetahuan baru oleh masyarakat pada umumnya.
Dengan menggunakan subyek kuantitatif dalam melakukan pendekatan fenomena sosial politik, maka untuk mengkaji sebuah problema dalam masyarakat seorang peneliti haruslah memiliki sumber data dan angka-angka perkiraan yang belum tentu selalu benar keberadaannya. Teori behavioralisme yang sebenarnya merupakan perkembangan dari aliran positivis ini, kemudian teori ini berkembang lagi dan memiliki aliran atau idiom selanjutnya yakni teori pilihan rasional (rational choice theory). Ketika manusia menggunakan aliran positivis maka akan lebih mudah untuk memahami model fenomena sosial. Paham positivis-behavioralis mampu untuk menciptakan teori-teori baru dalam ilmu-ilmu sosial-politik, dimana aliran positivislah yang membuat perkembangan dalam teori-teori ilmu sosial-politik. Mungkin hal ini terjadi karena ilmu-ilmu sosial-politik berkembang sesuai dengan perkembangan disetiap aspek kehidupan masyarakat.  
Setelah perang, behavioralis yang mulai ditinggalkan karena konsepsinya tentang metode ilmiah dirasakan terlalu sempit dan pilihannya terhadap sikap sebagai unit yang fundamental dianggap terlalu terbatas. Ilmu politik ketika itu mendapat pengeruh besar dari para ahli sosiologi. Gerakan yang terus dikembangkan oleh kaum behavioralis ditentang oleh ilmuwan politik yang beraliran humanisme. Menurut mereka behavioralisme dianggap sebagai penyangkalan yang biadap terhadap warisan-warisan yang takt ernilai.
Para pendukung behavioralisme mulai menyadari bahwa relevansi dalam kehidupan berpolitik sangat diperlukan baik dari segi partai politik, lembaga-lembaga politik, kebijakan, desentralisasi, demokrasi dan lain-lain untuk menyelesaikan permasalahan politik. Karena itulah muncul suatu aliran Post Behavioralisme yang memiliki dua karakter utama, yaitu relevansi dan tindakan.
Pemahaman ini adalah suatu pemahaman terhadap implikasi-implikasi yang penuh, tindakan menentang, bahkan bersifat memberontak. Namun post behavioralisme ini tidak disebut sebagai ideology karena didukung oleh para pendukung dari berbagai pendukung.

TerimakasihJ

No comments:

Post a Comment