Dalam
kehidupan yang berdemokrasi di Indonesia sekarang ini, Keberadaan partai politik
merupakan instrument yang wajib ada dan tidak bisa dipisahkan dari suatu negara
yang memiliki prinsip demokrasi, karena partai politik merupakan salah satu pilar
dari demokras iitu sendiri. Bahkan banyak yang mengatakan bahwa tidak ada demokrasi
ketika tidak ada partai politik didalamnya, karna partai politiklah yang
memainkan peranan penting dalam system demokrasi. Adanya partai politik ini juga
akan menjadi wadah dalam menyalurkan aspirasi rakyat tentunya.
Dalam
setiap penyelenggaraan kompetisi politik di Indonesia seperti Pemilihan Umum baik
legislative maupun eksekutif, kata ‘kampanye’ sering kali terdengar dan akrab
di seluruh kalangan masyarakat. Setiap peserta baik partai politik maupun kandidat
akan mengakselerasi aktivitas kampanye menjelang pemilihan. Di saat-saat jelang
pemilihan ini eskalasi kampanye akan semakin meningkat.
Menurut
Imawan dalam Cangara (2014: 223), kampanye adalah upaya persuasive untuk mengajak
orang lain yang belum sepaham atau belum yakin pada ide–ide yang kita tawarkan dengan
tujuan agar orang lain tersebut bergabung dan mendukungnya. Dengan demikian, suatu
kampanye partai politik atau kandidat diharuskan untuk cerdas dan kreatif dalam
menyusun dan mengemas pesan kampanye agar “efek terbujuk”dapat terjadi pada kelompok
sasaran kampanye.
Ideologi
itu sendiri merupakan hal yang sangat penting dan sangat di prioritaskan dalam partai
politik, karena ideology menjadi pengikat batin antara para pendukung dan aktor-aktor
yang berkecimpung didalamnya, juga merupakan landasan suatu partai politik untuk
mewujudkan suatu tujuan besar, bukan tujuan pribadi atau golongan tertentu. Namun
yang masih menjadi pertanyaan bagaimanakah jika kampanye suatu partai politik itu
tanpa ideologi, lalu apa yang akan terjadi kedepannya?
Dalam
perkembangannya partai politik selalu menggembar-gemborkan janjinya melalui kampanye-kampanye
baik yang dilakukan di media massa, maupun secara langsung turun kelapangan.
Sebagai contoh, kita sudah sangat lumrah melihat baliho-baliho yang terbentang sepanjang
jalan dengan berisi janji-janji politik dari seorang tokoh yang hendak maju mencalonkan
diri sebagai Bupati, Gubernur, Presiden atau bahkan calon DPR.
Kampanye-kampanye dilakukan seolah-olah benar-benar
akan memperjuangkan aspirasi rakyat dengan sepenuhnya. Namun kenyataannya janji-janji
kampanye hanya suatu wacana tanpa terealisasikan, kampanye hanya untuk menarik simpati
rakyat bukan lagi berlandaskan ideologi. Apa hendak dikata, ideologi bukan lagi
sebagaimana para filosof memimpikan dunia yang ideal, ideologi hanya menjadi
mantra-mantra kosong yang belum tentu merupakan berkah bagi para pendukungnya, ideologi
tidak lagi menjadi acuan dalam tingkah laku para elit dan dalam perjuangan partai
politik yang bersangkutan, keberadaan ideologi hanyalah simbolis belaka.
Dengan
situasi politik tanpa ideologi di kalangan elite, wajar seandainya jika kita bertemu
orang-orang awam yang sikap politiknya juga oportunistik dan pragmatis.
Kemenangan Partai Demokrat pada Pemilu lalu adalah misal yang membuktikan pada kita
bahwa ideologi adalah sesuatu yang tak pernah benar-benar menjadi penting.
Sebagaimana
dikemukakan sejumlah pakar politik, kemenangan Partai Demokrat tentu saja berakar
pada ketokohan Susilo Bambang Yudhoyono. Partai Demokrat hanya mengambil keuntungan
dari status SBY sebagai pendiri partai tersebut dan sebagai Presiden. Partai itu
tak pernah benar-benar punya ide besar yang dijual, sesuatu yang juga terjadi pada
partai-partai lainnya.
Seharusnya,
setiap partai politik harus mempunyai ideologi yang jelas, dikarenakan sangat berbahaya
sekali ketika partai politik tidak memiliki ideologi yang jelas, maka dengan sendirinya
akan mengalami nasib yang buruk, bahkan runtuh. Karena masyarakat tidak akan percaya
lagi dengan citra partai politik tanpa ideologi yang jelas.
Dalam
hal ini, ideology partai politik tentu harus diteguhkan kembali. Harus disadari
bersama, bahwa nilai ideology politik sesungguhnya memberikan gambaran bagi seorang
politisi terhadap sebuah konstruksi, format, serta tata kenegaraan yang kelak akan
diperjuangkannya. Ideologi harus menjadi dasar formal atas pendirian organisasi
kepada setiap diri kader partai, supaya punya pandangan terhadap dunia politik secara
matang dan komprehensif.
Ketika
seorang politisi tidak memiliki sebuah ideologi politik, maka politik hanya diwarnai
dengan transaksi yang sangat jauh dari wacana intelektual. Jika realitas politik
seperti ini terus berlanjut, maka medan politik hany amenjadi ajang transaksi
kepentingan bagi para politisi tanpa ideology guna meraih kekuasaan dan mempertahankannya.
Artinya, keberadaan ideologi sebuah partai politik sesungguhnya merupakan prasyarat
utama dan mendasar dalam rangka membingkai sebuah kekuasaan.
Ketika
ideologi sudah tertanam dalam kader politik, maka tahap selanjutnya yaitu melakukan
kerja-kerja politik. Dalam hal ini, para kader politik harus mulai mengimplementasikan
ideologi kedalam praktik berpolitik melalui tahapan pembuatan kebijakan serta melakukan
banyak program yang nyata, janji-janji kampanye direalisasikan untuk
kepentingan rakyat, sehingga ada program nyata politik yang bukan hanya sebatas
wacana belaka, dengan ini tentunya bangsa ini akan kembali menjadi bangsa yang
adil, makmur dan sejahtera.
Terimakasih
By:
Santi Aklima
No comments:
Post a Comment